Keluarga Sakinah

Mari Bersama-sama Kita Wujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rohmah

20 April 2008

Idul Adha

Bismillahirrohmanirrohim
Nggak sampai sepuluh hari di sampit, abi dah pulang lagi. Kata umi, malam ini abi akan datang, tapi kok nggak sampai2 ya? aku dah kangen nih. Ternyata abi tidur di Mranggen, di rumah mbah roko rayi.
Pagi2 sekali2 abi datang, padahal aku ma umi belum mandi lho, habisnya masih dingin sih. Seneng sekali, akhirnya aku bisa ketemu abi lagi. Kata abi, kalau ada abi, aku boleh minta gendong, kalau nggak ada abi nggak boleh, kasihan umi, ntar kecapean gendong aku. Siang hari abi dah tindak ke mranggen lagi, katanya mau nganter mbah rayi beli kolkas. Menjelang malam, baru pulang ke jumo lagi.
20 desember, hari ini Idul Adha, salah satu hari raya umat islam, atau sering juga disebut idul qorban. Pagi-pagi sekali semua orang di rumah sudah sibuk. Ternyata mereka siap2 mo melaksanakan sholat id. Aku juga nggak mau ketinggalan, meski usiaku baru 20hari, umi tetap mengajakku menghadiri sholat idul adha.
Berhubung aku akan ikut sholat id, umi memakaikan popok plastik ke aku. Awalnya ngerasa geli, karena di dalam popokku ada lapisan yang disebut lampin. Tapi demi kenyamanan dan kesucian semuanya, aku manut aja. Alhamdulillah hari sebelumnya hujan, jadi lapangannya becek. Kebiasaan di Jumo, kalau lapangannya becek, sholat Id dilaksanakan di jalan raya depan rumahku. Jadi umi nggak perlu berjalan jauh, kan luka bekas operasinya belum sembuh benar.
Umi membawaku dengan menggunakan kereta dorong, supaya nggak capek nggendong. Begitu keluar dari pintu, wah.... subhanalloh, orangnya sudah banyak sekali. Malu juga sih diliatin banyak orang, rumahnya deket kok keluarnya belakangan, lagipula umi mesti melewati pinggiran shof laki2. Berhubung umi masih nifas, umi nggak ikut melaksanakan sholat, cuma berdiri di pinggiran dan mendengarkan khotbah. Aku juga khusuk mendengarkan khotbah lho......, buktinya aku nggak nangis kan.
Seusai khotbah, aku dikerubuti dan diciumi banyak orang. Mereka adalah saudara2 dari keluarga besar mbah uti. Sampai di rumah, kakak farah fero datang bersama pakde bude. Tapi pakde jadi panitia Idul Adha di Gandu, bude jadi panitia Idul Adha di rumah sakit, jadi kakak farah ditinggal di rumah mbah uti.
Mbah kakung putri jadi panitia Idul Adha di jumo, sedangkan abi ke mranggen, nungguin penyembelihan hewan qurban, karena abi umi qurbannya di mranggen. Jadilah aku dan umi di rumah cuma berdua. Untungnya nggak lama kemudian bulek ika datang, katanya disuruh mbah uti jemput aku sama umi, daripada di rumah kesepian.
Ternyata benar, di sekitar masjid dan rumah mbah roh, ramai sekali, nggak seperti di rumah. mas-mas, mbak-mbak, bapak-bapak, ibu-ibu, semuanya ngumpul jadi satu, bergotong royong memperingati Idul Qurban. Ada yang menyembelih sapi, kambing, ada yang mengulitinya, ada yang motong2, ada yang masak, ada yang ngangkut batu pasir, ada yang membagikan makanan minuman, dan sebagainya. Pokoknya hari itu semuanya kerja bakti, mengorbankan apa yang mampu mereka korbankan.
Di rumah mbah roh, berkumpul banyak sekali saudara-saudaraku ada kak farah, mbak zumni, mas zain, mas fat, pakde turin, mbak khonsa, mas irham, bulek ika, bulek ela, bulek ulin, mas albert, dan juga banyak ibu2 yang sedang masak daging kambing, untuk dibagi-bagikan ke orang2 yang kerja bakti.
Bau kambing tercium dimana-mana, beberapa ibu nggak berani menyentuhku, takut aku muntah kalau mencium bau kambing. Tapi aku kuat kok, beberapa jam sebelum aku lahir saja umi makan gulai kambing, trus waktu aqeqahanku, umi juga makan daging kambing, makanya aku sudah nggak kaget. Lagian kan daging kambing itu enak dan menyehatkan badan.

18 April 2008

Jalan-jalan

Bismillahirrohmanirrohim
8 Desember 2008, Hari kedelapan Faris menghirup udara bumi
Sejak masih di rumah sakit, abi dah di sms temennya, suruh cepet2 berangkat ke Sampit, karena dah kelamaan ijinnya. Awalnya abi mau pulang tanggal 7 desember, sekalian ambil cuti panjang, Idul Adha, Natal dan tahun baru. Berhubung Umi dah mulai bukaan 1 sejak tanggal 22 november, jadilah abi pulang tgl 23, ijin dari kantor, sampai waktu yang belum jelas. Banyak yang heran dan bertanya2, ijin kok lama banget?
Setelah dipertimbangkan masak2 dan minta masukan dari sana-sini, akhirnya abi memutuskan untuk berangkat tgl 9. Sebenarnya abi belum tega meninggalkan umi dan aku, tapi demi tugas dan amanah, abi rela berangkat, toh dirumah ada mbah kakung, mbah uti, mbah mi dan bulek ela yang menemani. Mbah roko rayi juga nggak jauh rumahnya.
Eh iya, sejak masih di rumah sakit, tamu yang menjengukku banyak lhooo, apalagi setelah pulang ke rumah, nggak bisa dihitung deh. Seneng sih, itu berarti banyak yang perhatian padaku, serta menunggu-nunggu kelahiranku, hehehe. Pas tanggal 7, di hari aku dipotongkan 2 ekor kambing sebagai aqeqah, tamu yang hadir lebih dari 100 orang. Sampai2 umi kecapean.
Tanggal 8 pagi, abi menimbangkan rambutku, agar bisa diukur, berapa uang yang harus dikeluarkan sebagai sedekah. Sementara itu, umi dipijit ama mbah genuk, karena kecapean kemaren.
Ba'da dhuhur, abi mengajak umi, aku, kakak farah dan kakak fero jalan2. Tadinya cuma mau ke Ngadirejo atau Parakan. Setelah sampai Parakan, dan membelikan anting2 dan kalung untuk umi, abi mengajakku jalan2 ke kebun teh, di Tambi, kabupaten Wonosobo.
Subhanalloh, udaranya segar sekali. Sejauh mata memandang terlihat hamparan pepohonan teh, bagaikan permadani hijau yang sangat luas. Di sebelah kanan jalan gunung sindoro, sebelah kiri gunung sumbing. Kakak farah fero senang sekali, mereka menyanyikan lagu naek naek ke puncak gunung. Aku juga senang, makanya aku nggak rewel, tidur terus dipangkuan umi. Oh ya, aku sempat terbangun waktu sampai parakan, karena popokku basah dan kotor kena pup, padahal umi nggak membawa popok ganti, akhirnya popokku dilepas, ditutup pake bedong dan pembungkus, nenen sebentar, lalu akupun tidur lagi.
Pulangnya kami mampir beli mie ayam wortel&bayam di Ngadirejo, sekalian beli pisau cukur, untuk membersihkan sisa rambut di kepalaku. Waktu abi mau markir mobil, nggak sengaja nyenggol motor, jadilah sore itu kami berurusan dengan pemilik motor, untuk selanjutnya menserviskannya. Ternyata pemilik bengkelnya temennya umi, jadi motornya kami titipkan aja kedia, nanti kalau sudah selesai biar dia datang kerumah minta uangnya.
Sampai rumah, udah ada beberapa tamu yang telah menunggu cukup lama. Mereka bertanya, kami darimana? dikiranya habis kontrol ke RS, ternyata cuma jalan2. Mereka heran, bayi seumuranku kok dah diajak pergi jauh. Memang di tempatku, nggak lazim bayi diajak jalan2. Jadilah aku bayi umur 8 hari pertama di daerahku, yang diajak jalan2 ke kebun teh. Alhamdulillah aku kuat, nggak sakit, abi&umiku juga senang.
Besoknya abi berangkat ke sampit. Suasana haru menyelimuti keberangkatan abi, umi aja sampai nangis melepas keberangkatan abi, mbah rayi juga tampak berkaca-kaca menahan tangis. Tapi aku nggak nangis, digendong mbah uti, lagian emang aku belum tau sih, hehehe

17 April 2008

Aqeqah

Bismillahirrohmanirrohim

Indahnya Dunia

Bismillahirrohmanirrohim
10 Desember 2007 adalah waktu yang diperkirakan oleh bidan dan dokter sebagai hari kelahiranku. Abi&umi juga taunya aku bakalan lahir tanggal 10, sehingga abi merencanakan ambil cuti mulai 7 Desember. Semua itu hanyalah perkiraan manusia, hanya Allah yang bisa menentukan, kapan manusia Lahir, meninggal, berapa rejekinya dan susah senangnya.
Ternyata Allah telah menetapkan bahwa aku akan dilahirkan hari jum'at tanggal 30 November 2007, sekitar jam 7 malam, di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung, melalui operasi caesar. Karena sudah ba'da maghrib, maka terhitung tgl 22 Dzulqo'dah 1428 Hijriyah.
Selama aku di dalam kandungan, umi nggak kurang-kurangnya melakukan berbagai latihan agar aku bisa lahir secara normal dan lancar, seperti jalan-jalan, renang dan senam. Kembali lagi pada taqdir, Allah memilihkan operasi caesar sebagai jalan lahirku. Sudah 3 minggu umi merasakan sakitnya kontraksi, dan sudah 1 minggu umi mengeluarkan darah sebagai tanda awal persalinan.
Tapi pas tgl 30 itu, umi tidak merasakan adanya kontraksi, padahal kantung ketuban sudah pecah, dan airnya sudah banyak yang keluar. Aku masih ingin di dalam perut umi kali ya, sehingga aku nggak mau mendorong keluar. Habisnya, di perut umi enak sih, diajakin kemanapun umi pergi.
Pak dokter khawatir aku kekeringan dan nggak akan bisa keluar melalui jalan lahir yang semestinya, sehingga menawarkan solusi operasi pada abi, mbah uti dan bude mimin. Jadilah malam itu aku dikeluarkan dari perut umi dengan cara perut umi dibedah. Kasihan umi kesakitan, makanya aku langsung menangis.
Bu bidan membersihkan tubuhku, kemudian menyerahkanku kepada keluargaku. Abi mengumandangkan adzan di telinga kananku, dan iqomah di telinga kiri, seneng deh, aku mendengarkan kalimat tauhid untuk pertama kalinya. Oh ya, abi juga mentahnikku pake kurma, itu lho mengusapkan kurma yang telah abi kunyah ke langit2 mulutku. Sayangnya umi nggak bisa menemaniku di detik2 awal kehadiranku di dunia, karena masih harus nunggu dokter menyelesaikan menjahit perut umi.
Sudah hampir 2 jam nih, umi mana ya?kok aku belum digendong. Disekelilingku bayi2 laen, serta bu bidan dan perawat2 yang belum kukenal. sebenarnya aku belum lapar, tapi aku kangen sama umi. Umi....... kupanggil2 kok nggak nyahut juga ya. Mau bilang ma bu bidan, mereka nggak ngerti bahasaku. Mereka malah kebingungan, digendongnya aku, tapi aku kan maunya sama umi. Syukurlah umi tadi dah pesen supaya aku nggak dikasih susu formula, jadi aku cuma digendong2 aja.
Alhamdulillah ada yang berinisiatif untuk bilang ke umiku, klo aku nangis. Setelah umi mengijinkan, bu bidan membawaku ke kamar umi. Disana kulihat umi masih kesakitan, kasihan ya, aku mau menghiburnya ah. Umi memberiku kolostrum dari payudaranya, kucicipi sedikit aja, lalu tidur, karena aku tahu umi sakit dan capek. Ternyata usahaku nggak sia2, umipun tampak lebih tenang dari sebelumnya, dan bisa istirahat.
Hari kedua, aku merasakan tubuhku capek sekali, karena tidur telentang terus dan dibedong, kumiringkan kepalaku ah. Wah ternyata enak, tapi kok mbah2 itu pada bingung ya?emangnya aku belum boleh miring to.
Hari ketiga, badanku sudah bener2 capek nih. Bedongku dibuka, wah kesempatan nih, aku miringkan tubuhku. duh nyamannya. Lagi2 yang melihatku heran, kok bayi merah tidurnya miring? emangnya ada yang salah? Allah mengijinkan aku miring kok, jadi nggak papa kan?
Hari keempat, tali pusarku lepas, alhamdulillah, akhirnya aku bisa melewati malam2 yang menyakitkan itu. Umiku juga sudah mulai bisa jalan. Insya allah sebentar lagi aku boleh pulang nih.
Hari kelima, seorang perawat mengatakan kalau aku agak kuning, sehingga perlu untuk dijemur. Untungnya umi sudah bisa jalan, jadi aku didorong umi untuk berjemur, di ujung lorong rumah sakit. Pagi ini abi sedang beli kambing. Rencananya kami akan pulang menjelang dhuhur, setelah abi menjemput.
Hari keenam, tinggal di rumah mbah jumo, umi belum bisa memandikanku, karena masih sakit, jadi mbah uti yang memandikanku. Kalau aku pipis, umi sudah bisa mengganti popokku, kadang juga abi, tapi karena abi masih grogi, jadinya ganti bajunya lama, akupun menangis. Akhirnya abi jadi takut nggantiin bajuku, maafin aku ya bi.
Hari ketujuh adalah hari yang ditunggu2. Rosulullah mensyariatkan umatnya untuk memotong kambing untuk aqeqah, memberi nama dan mencukur rambut pada hari ketujuh. Pagi2 orang2 sudah berdatangan kerumah, mempersiapkan aqeqahanku. Ada yang motong kambing, masak ayam, bungkus kue, dan sebagainya. Pokoknya semua orang sibuk. Di hari inilah aku diberi nama
Kata abi, sunnahnya memberi nama itu cuma satu kata. Coba aja lihat, nama para nabi dan sahabat, rata2 cuma satu kata kan? Makanya abi memberiku nama FARIS, meski yang banyak yang nanya, kok cuma satu kata? padahal saudara2 yang laen rata2 pake 2 atau 3 kata, ya kan kita mengikuti sunnah?. Kalau di dalam kamus bahasa arab al munawir, faris itu artinya penunggang kuda, sedangkan kalau dibuku nama2 anak yang umi beli, faris artinya orang yang memperoleh kemenangan.
Makasih abi, makasih umi, faris diberi awal yang baek dalam menikmati indahnya dunia ini. Jazakumulloh khoir ya, semoga kita tetap bisa melaksanakan sunnah, dan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat ya bi, mi.

Susu Kedelai

Bahan :
250 gr kacang kedelai
Air
250 gr Gula pasir (sesuai selera)
1sdt garam
2 lembar daun pandan

Alat :
Panci
Kompor
Blender
Saringan (Kain Hero)

Cara Pembuatan :
1. Kedelai dicuci bersih, rendam selama 6 jam
2. Tiriskan kedelai, blender (tiap 1 gelas kedelai campur dengan 4 gelas air). Kalau mau lebih kental atau encer, bisa disesuaikan airnya
3. Taruh kain diatas panci, japit dengan japitan jemuran dipinggirnya, agar kain tidak jatuh.
4. Tuangkan kedelai yang sudah diblender, lakukan terus hingga kedelai habis.
5. Rebus sari kedelai diatas api, tambahkan gula, garam dan daun pandan, diaduk-aduk hingga mendidih, Jaga jangan sampai air meluap
6. Matikan kompor, Angkat, bisa langsung dihidangkan atau kalau mau lebih awet, setelah dingin masukkan ke dalam botol, simpan di kolkas

15 April 2008

Jatuh

Seperti biasa, menjelang tidur malam aku dipijitin abi, nenen ke umi, guling ke kanan, guling kiri, baru akhirnya tidur.
2 jam lebih Umi menemaniku tidur, kebetulan hari itu aku nggak begitu capek, jadi tidurku agak tenang. Padahal, biasanya kalau tidur aku muter ke sana kemari, hingga seluruh kasur kujelajahi, sampai-sampai abi dan umi harus mengalah, pindah posisi.
Menjelang tengah malam, umi keluar kamar, menengok abi yang masih di depan computer. Setelah beberapa saat di luar, tiba-tiba listrik mati, abi dan umi tetap diluar, karena merasa posisiku aman, sebelumnya abi dah menaruh guling di tepi tempat tidur.
Aku bangun, tidak mendapati siapapun di sampingku, mana gelap lagi. Akhirnya aku membalikkan tubuhku, nggak tau berapa kali, yang jelas tiba-tiba aku sudah mendarat di lantai. Terdengar suara gedebug, disusul Aku menangis keras, umi langsung loncat, mencariku dalam gelapnya malam. Ditemukannya aku telungkup di lantai. Umi langsung mengggendongku, menimang2, sambil menangis. Alhamdulillah aku nggak papa, sebentar kemudian diam, dinenenin umi, lalu tidur lagi.
Semoga peristiwa ini bisa diambil hikmahnya, abi umi jadi semakin waspada dalam menjagaku, karena aku sudah banyak sekali bergerak, dan akupun bisa lebih berhati-hati dalam memilih tempat untuk mendarat :)

14 April 2008

Mana yang Boleh???

Bagi calon ibu yang baru pertama kali hamil, tentu ingin memberikan yang terbaek bagi janinnya. Berbagai informasi digali dari berbagai sumber, mulai dari tanya orang tua, saudara, tetangga, teman, bidan, dokter, sampai ngumpulin artikel dari berbagai media.
Hal ini wajar, karena pengalaman pertama selalu mendatangkan kekhawatiran bagi pelakunya. Tapi berhati-hatilah, alih-alih dapat info yang menyehatkan malah nggak berani makan apa-apa.
Kalau infonya dari tenaga medis, bisa dibilang hampir sama dari sabang sampai merauke. Tapi jika info yang didapat dari kanan kiri, kita perlu mengecek kebenarannya, masuk akal atau tidaknya. Terutama jika kita berada di lingkungan yang heterogen, berasal dari berbagai wilayah, nasehat dari kanan kiri bisa membuat kita bingung.
Berdasarkan pengalaman pribadiku sewaktu tinggal di kontrakan, yang bertetangga dengan orang dari Madura, Pontianak, Banjar Masin dan Jawa Timur, banyak masukan yang bertentangan.
Beberapa hal yang sempat kudapat, berkaitan dengan :
* banyaknya darah saat melahirkan : jangan mandi kesorean, jangan minum es, darah rendah
* bayi lemas : jangan makan terong
* bayi belekan : jangan makan yang pedes - pedes
* Kulit bayi layu : jangan makan panas-panas
Nggak boleh makan ketan, nanas, durian, nangka, kepiting, daging, udang, dsb.Nggak boleh ML, nggak boleh menggaruk perut yang gatal, kalo pergi musti bawa peniti, kalo makan pake cobek, dan masih bayak lagi. Nah lho, kalo kita mau mempraktekkan semua itu, bisa-bisa bayi kita kekurangan gizi, dan kita nggak berani melakukan apa-apa kan?
Berikut ini panduan untuk menyiasati semua nasehat yang masuk :
1. Selama kehamilan, kebutuhan anda untuk semua nutrisi meningkat, baik untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh anda dan juga untuk pertumbuhan bayi anda. Anda dapat memperoleh semua nutrisi yang anda perlukan (kecuali zat besi dan asam folat) setelah memilih dengan baik dari berbagai jenis makanan sehari-hari. Hal yang paling penting adalah anda harus memperoleh kalori yang cukup untuk mempertahankan pertambahan berat badan secara perlahan dan stabil selama kehamilan.
2. Pada saat menyusui, pola makan anda harus memenuhi kebutuhan nutrisi tertentu yang penting untuk mengoptimalkan status gizi ibu setelah melahirkan dan kualitas serta kuantitas asi yang dihasilkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi anda.
3. Walaupun laporan-laporan yang bersifat subjektif dan kepercayaan para ibu menyebabkan beberapa ibu menghindari beberapa makanan tertentu pada saat menyusui, tidak ada data penelitian yang membuktikan bahwa hal tersebut perlu dilakukan. Efek terjadinya aroma tertentu pada asi belum diketahui dengan pasti, tetapi rempah-rempah dan makanan yang beraroma kuat (bawang putih) dapat mempengaruhi aroma asi. Walaupun demikian, banyak juga ibu- ibu yang menyatakan bahwa mereka dapat mengkonsumsi makanan apapun tanpa menyebabkan masalah pada bayinya atau mungkin kebanyakan bayi tidak merasa terganggu.
Jika makanan tertentu menyebabkan bayi anda menjadi rewel atau kolik, cobalah untuk menghindari makanan tersebut selama 3 hari. Kemudian, anda dapat mengkonsumsinya kembali dalam jumlah sedikit sesuai kemampuan bayi untuk menerimanya. Seringkali, daya tahan bayi terhadap makanan tertentu semakin baik untuk sebagian besar makanan pada saat mereka berusia empat atau 5 bulan.
Semoga kita semakin bijak menanggapi semua masukan, agar bisa memberikan yang terbaik untuk bayi kita.

13 April 2008

Amanah itu Hadir

Kehadiran putraku dah ditunggu-tunggu banyak orang. Setelah selesai dibersihkan, putraku diperlihatkan ke keluargaku. Suami, ibu, bapak, mertua, kakak, adek, om, tante, udah ngumpul di luar, nggak sabar menanti keluarnya jagoanku. Abinya memperdengarkan adzan di telinga kanannya, iqamah di telinga kirinya, dan mentahniknya menggunakan kurma.
Di ruang perawatan, aku masih merasa kelaparan, ditambah lagi rasanya ngilu, kaku sekali dari pinggang sampai ke kaki. Mungkin karena masih ada sisa obat bius, jadi saat aku merasa capek dan minta adekku memijit kakiku, aku nggak merasakan apa-apa. Untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakitku, aku terus-terusan bicara. Meneriakkan takbir, syahadat, menghafalkan surat2 pendek dsb, sampai2 ibu mengira aku nggak sadar melakukan semua itu.
Antara sadar dan tidak, suami memperlihatkan video anakku yang sedang menangis, sesaat setelah lahir. Aku sempat dikasih liat wajah mungil putraku, kuciumi sesaat, kemudian dibawa ke ruang rawat anak. Saat itu aku masih sempat berpesan supaya anakku jangan di kasih susu formula.
Menjelang tengah malam, setelah satu persatu keluargaku pulang, perawat datang ke kamarku, katanya anakku nangis terus, sampai wajahnya merah, matanya bengkak, dah digendong nggak mau diam, padahal nggak boleh dikasih susu formula, trus gimana? Ya udah, bawa kesini aja, jawabku, karena aku nggak ingin anakku mencicipi susu sapi terlebi dahulu, sebelum menikmati asi. Bukannya asi adalah makanan terbaik untuk bayi? lagian kolostrumku udah mulai keluar sejak usia kehamilan 5 bulan.
Dengan sekuat tenaga menahan sakit&ngilu, serta dibantu oleh ibu dan mertuaku, kucoba memiringkan badan, kupencet payudaraku, kusodorkan ke mulut mungil putraku, sejenak dia menjilati kolostrum, kemudian tertidur sampai pagi.
Subhanalloh, dengan hanya beberapa tetes kolostrum dan ditaruh di sampingku, putraku bisa tidur pulas. Beberapa kali sempat kutengok bayiku, khawatir tidak bernafas, karena semalaman nggak menangis sama sekali. Sedangkan aku, begitu menyusui, menyentuh dan menciumi bayiku, serasa malu untuk menangis, sedikit demi sedikit rasa sakit itu mulai reda dan akhirnya bisa tidur juga.
Pagi hari, waktunya mandi untuk putraku, ia belum bangun. Ia baru bangun ketika dilepasi bajunya untuk dimandiin. Tanpa tangis yang berlebihan, ia mandi dan berganti baju. Setibanya di kamar, kususui lagi, dan cuma beberapa tetes, iapun tidur lagi. Sekitar jam 11 siang, perawat menanyakan keadaan bayiku, kubilang kalau ia masih tidur pulas. Kutanyakan, apakah bayi segitu emang gak pipis ataupun BAB?kok anakku nggak bangun2? Pas di cek oleh bidannya, ternyata ia udah pipis dan BAB, tapi nggak nangis. Sekali lagi kuucap syukur pada Allah, dikaruniai anak sesoleh ini.
Menjelang tengah malam, anakku menangis histeris, padahal popoknya nggak basah, dan baru saja minum. Disusui nggak mau. Kami sampai kebingungan, ada apa gerangan? ditimang-timangpun tidak mampu meredakan tangisnya. Sementara, aku sakit perut, kembung. Hampir satu jam perutku sakit dan anakku nggak tenang juga. Setelah aku bisa buang angin, dan merasa nyaman, anakku terdiam, dan kembali menyusu.
Seharian anakku tidur pulas, banyaknya tamu yang menengok nggak mampu membuatnya terjaga. Sampai2 dicoba dibangunin, ia cuma membuka mata sebentar lalu tidur lagi. Menjelang tengah malam, anakku histeris lagi. Karena bingungnya, mertuaku menyuruh suamiku untuk minta susu formula. Tapi kami tetap bertahan untuk hanya memberikan asi pada anak kami. Kali ini kami terkecoh, berhubung anakku baru saja pipis, kami nggak mengira kalau menangisnya karena popoknya basah. Ibu mengecek bagian pantatnya, nggak basah. Tapi waktu dilihat bagian perutnya, sudah basah. Ibu baru ingat kalau cucunya laki2, makanya basahnya diatas, sementara 3 cucu yang sebelumnya perempuan semuanya, kalo pipis basah bawahnya.
Hari keempat, aku sudah mulai belajar jalan2 dan mandi sendiri.Waktunya mandi sore, suami yang mengantar anak kami ke ruang mandi anak. Setibanya di kamar, anakku ngompol, pas dibuka dan belum sempat diganti popoknya, ia pipis lagi. Jadilah kubuka semua pakaiannya. Betapa terkejutnya aku, melihat ada setitik darah di atas kapas yang menempel di pusarnya. Lho, mas, pusarnya mana?ia bilang nggak tau, cuma tadi pas mandi emang ada sesuatu yang jatuh, kirain kain. Dan jadilah hari itu hari lepasnya tali pusar, yang menurut istilah jawa disebut puput. Ternyata histerisnya tangis anakku dua malam kemaren disebabkan sakitnya menjelang lepas tali pusar.
Hari kelima kami diperbolehkan pulang. Kebetulan itu hari pasaran untuk pasar hewan. Pagi2 suamiku dah pergi membeli 2 ekor kambing yang akan kami gunakan untuk aqeqah. Menjelang dhuhur dia baru kembali ke Rumah Sakit, setelah menyelesaikan administrasi, kami langsung pulang ke rumah orang tuaku.
Hari ke tujuh kami menyembelih 2 ekor kambing, dan memasaknya untuk acara aqeqahan, sekaligus pemberian nama. FARIS nama yang kami berikan pada putra kami, dengan harapan dia menjadi orang yang memperoleh kemenangan, Malamnya kami cukur habis rambutnya, dan menyedekahkan uang senilai harga emas seberat rambutnya, 1,75gram.
Alhamdulillah, kami bisa memberikan awal yang baek bagi putra kami. Semoga ini semua bisa menjadi bekal bagi putraku untuk menjadi anak yang sholeh, bertaqwa, cerdas, sehat, kuat, berbakti pada orang tua, berguna bagi semua makhluk, agama, nusa, bangsa, bahagia dunia akhirat.

Detik2 yang Mendebarkan

Sepuluh hari di rumah, suami berangkat lagi ke Sampit. Sedih banget rasanya, ditinggalkan suami, eh kata suami, dek nur kutitipkan, bukannya kutinggal. Meski begitu aku tak kuasa menahan derasnya air mata melepas keberangkatan suami tercinta.
Hari2 kulewati bersama ibu, bapak dan adekku. Tiap habis subuh jalan2 sama bapakibu keliling desa, siangnya renang, sore klo lagi gak males senam hamil. Semua itu kulakukan untuk putraku (hasil usg laki2), agar dia sehat dan bisa lahir dengan selamat. Stimulasi tetap kami lakukan dengan cara ngobrol dan mengajarkan banyak hal pada putraku. Meski abinya jauh di sampit, tapi selalu menyempatkan diri telp dan ngajak ngobrol anak kami. Mungkin karena udah terbiasa mendengar suara abinya, kalo seharian abinya nggak telp, malam putraku nggak bisa tidur, terus2an bergerak. Baru setelah dikasih tau abinya capek dan udah tidur, atau ditelpon, baru dia bisa berhenti bergerak. Subhanalloh ya.
Sebulan menjelang HPL, perutku mulai terasa sakit. Kadang ketika jalan2, tiba2 sakitt banget, abis itu ilang lagi. Kata ibuku, nggak papa, ibu dulu juga begitu, sebulan sebelum melahirkan udah mulai ada kontraksi yang timbul tenggelam. 2minggu kemudian kontraksi semakin sering, kata tukang pijatku, posisi kepala bayi dah mapan, tinggal nunggu harinya. Malamnya aku ke bidan, periksa dalam, dan ada lendir darah tapi belum ada pembukaan. Satu jam kemudian, bukaan satu. Aku langsung ngabari suami, berhubung gak ada penerbangan malam, ia langsung minta mertuaku untuk menemaniku. Akhirnya malam itu kami ramai2 tidur di depan TV, nunggu kalau tiba2 aku mau melahirkan. Paginya suami langsung terbang ke Jakarta dilanjutkan ke Jogja.
Pagi-pagi bu bidan datang ke rumahku, dan setelah diperiksa dan mempertimbangkan banyak hal (kepala masih belum masuk jalan lahir, bukaan nggak nambah2, beliaunya mau kuliah), akhirnya aku di bawa ke RS. Alhamdulillah langsung ketemu dokter kandungan, setelah diperiksa, ternyata kepala masih diatas, agak jauh dari jalan lahir, dan kontraksi masih jarang2, kata beliau, belum mau lahir, tapi coba tunggu sampai sore gimana perkembangannya, sekalian usg. Sampai siang, diperiksa bidan, malah belum ada bukaan dan masih belum bisa nyentuh kepala. Hasil usg bagus, tapi beratnya baru 2,7 kg, akhirnya dokter menyarankan untuk istirahat di rumah aja dulu. Jadilah suamiku datang sore itu langsung pulang ke rumah.
Sejak saat itu bercak darah terus aja keluar, tapi kontraksinya masih jarang. Kugunakan untuk jalan2 dan berenang, belum juga nambah bukaannya. Mertuaku menyuruh kami datang ke rumah beliau, jika nggak merasa sakit. Sampai disana keluar darah yang cukup banyak, akhirnya kami langsung ke bidan. Lagi2 dikatakan bukaan 1 dan tinggal nunggu jam aja. Ditunggu sampai 2hari, nggak ada perkembangan. Akhirnya kami pulang ke rumah orang tuaku lagi.
Saat adzan maghrib, tiba2 keluar darah segar yang cukup banyak dari kemaluanku, bu bidan datang dan dikasih obat, yang membuat perutku mulas. Ternyata mulasnya memang mau BAB, bukan karena kontraksi. Malam itu aku nggak bisa tidur karena 3 jam sekali minum obat itu dilanjutkan BAB.
Setengah lima pagi, saat iqamah subuh, tiba2 suuurrrr, aku seperti kencing tapi nggak bisa kutahan. Bingung sekali, karena bapak, ibu dan suamiku lagi ke masjid. yang di rumah cuma adekku, itu aja masih tidur. Kutelpon nggak diangkat, dikira cuma ngerjain. Kutelpon kakakku, katanya itu ketuban yang pecah. Akhirnya adekku mau ngangkat telp dan kuminta dia menjemput ibu di masjid.
Sepulangnya dari masjid, kami langsung ke bidan. Memang itu air ketuban, tapi cuma bocor, karena keluarnya sedikit sedikit tapi terus menerus. Berhubung belum ada kontraksi sama sekali, kami dipersilahkan untuk istirahat di rumah dulu. Sekitar jam 3 sore, kontraksi tetap belum datang, akhirnya aku dirujuk ke RS. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, sekarang malah belum ada bukaan dan kepala juga belum tersentuh, sedangkan ketuban udah pecah lebih dari 10 jam, dokter langsung menanyakan kesiapan keluarga untuk operasi.
Tanpa diajak musyawarah terlebih dahulu, aku langsung dipersiapkan untuk operasi. Ternyata suami, ibu dan kakakku telah mengijinkan dokter untuk mengoperasiku. Sempat nangis, sedih, bingung, kecewa, takut, dan berbagai perasaan campur aduk. Aku minta untuk di pacu dulu, tapi kata kakakku, melihat kondisiku yang sudah lemah karena pendarahan satu minggu, dan ketuban yang telah pecah melewati 12jam, kemungkinan berhasil dipacu kecil. Kalau sampai gagal kasihan aku dan bayiku. memang saat itu HBku tinggal 9,8 makanya dokter menyuruh menyiapkan 2 kantung darah.
Saat pakaianku diganti dengan baju operasi, rasanya malu banget. karena pakaiannya minim banget, cuma selembar kain, ditambah perawat memakaikan kain di kepala sebagai pengganti jilbab. Saking malunya, aku nggak berani membuka mata saat perawat mendorongku ke ruang operasi.
Sekitar jam 7 malam, di dalam ruang operasi, kembali kumerasakan pusing yang sangat amat, ditambah mual, karena lapar (kan suruh puasa sebelum operasi). Mual dan pusing ini membuatku nggak bisa melihat semua proses persalinanku. Bahkan saat dokter mengatakan anakku sudah lahir, laki2, aku nggak bisa melihatnya. Cuma bisa bilang, normal kan dok? Sementara perawat membersihkan putraku, dokter memperbaiki susunan ususku, yang katanya ada perlekatan bekas operasi yang dulu. Di situ aku sudah nggak tahan lagi, jadilah aku muntah2 di ruang operasi karena lapar.
Lega sekali rasanya, akhirnya lahir juga putraku dengan selamat, meski harus dengan jalan operasi.

Indanya Hamil

Campur aduknya rasa gado-gado nggak seheboh rasanya hamil lho........
3 minggu setelah menikah aku haid, nggak nyangka ternyata itu haid terakhirku, karena 3 minggu kemudian, saat kurasakan badanku pegal2, mual, dan perut serasa ada yang beda, kami sepakat untuk beli test pack. dag dig dug terasa jantung ini, menunggu saat2 keluarnya 2 garis merah. Sempat sangsi, karena belum terlambat haid, tapi dari artikel2 yang kubaca, itu adalah tanda2 hamil. Ternyata...... Subhanalloh, keluar juga garis itu meski masih samar. Bahagia, haru, ragu bercampur jadi satu, mengiringi melelehnya air mata di pipiku.
Minggu ke 4, kuperiksakan ke bidan, beliaunya gak bisa memastikan, karena belum teraba dan gak ada suara denyut jantung. Tapi kami sudah yakin kalau hamil.
Minggu ke 6, suami tugas keluar kota selama satu minggu, karena nggak enak kalo tinggal di rumah sendirian dalam keadaan hamil muda gini, kuberanikan diri untuk ikut. Wow, subhanalloh, ternyata jalanannya rusak berat, sampai2 lebih pantas dibilang kubangan kerbau daripada jalan raya yang menghubungkan kabupaten kotawaringin timur dan seruyan. Rasanya seperti ikut off road, nggak kebayang sebelumnya bakalan ngrasain pengalaman seperti ini. Berkali2 mobil masuk ke lumpur, dan musti ditarik oleh mobil laen atau ramai2 di dorong. Alhamdulillah aku, suami dan janinku selamat, setelah menempuh 10 jam perjalanan, akhirnya kami bisa beristirahat dengan tenang di hotel.
10 minggu sudah aku merasa hamil, tiba waktunya untuk kontrol. Lagi2 bu bidan masih belum bisa menemukan detak jantung bayiku dan menyarankan untuk usg, agar ada kepastian akan kehamilanku. Malam itu juga kami berangkat mencari dokter praktek, dan setelah menunggu berjam2 akhirnya kami mendapat kepastian klo hamil. Terlihat di dalam monitor sesosok makhluk mungil yang bergerak2 dengan lincahnya. Hal ini membuat suamiku tambah semangat menstimulasi bayi kami dengan mengajaknya ngobrol, dan selalu pengen usg lagi.
Seperti ibu2 yang hamil muda pada umumnya, aku juga mengalami morning sickness, tapi anehnya, mual2 itu justru sembuh kalo aku makan. Sedangkan menurut cerita tetangga2ku, mereka mual kalo mencium bau makanan. Mulanya kalo terasa mual, aku nggak mau makan, lama2 setelah kuamati, ternyata aku mual karena lapar. Setelah tau, begitu mendengar aku pengen muntah, suamiku langsung mengambilkanku makan, gak peduli siang ataupun malam.
Memasuki bulan ke 5 kehamilanku, suami mulai rajin mengajakku renang seminggu sekali, katanya biar tambah sehat dan proses persalinannya mudah. Padahal aku belum bisa renang sama sekali, nyebur ke air sampai leher aja ketakutan. Dengan sabar suami mengajariku renang di kolam renang anak2, karena kalo di kolam renang dewasa aku tenggelam. Mulanya aku takut banget suruh duduk di dalam air, lama2 jadi terbiasa, meskipun tetap gak lihai renang, cuma bisa slulup, itu gak lebih dari 10 meter.
Memasuki bulan sya'ban, anakku kuajari puasa, biar klo Romadhon tiba nggak kaget. Subhanalloh, ternyata anakku mengerti dan mau diajak puasa senin kamis. Biasanya kalo lapar aku kan langsung mual, nah malam senin, anakku kuajak ngobrol, kuberi tahu kalo besok kita puasa, nggak boleh makan dari menjelang subuh sampai maghrib. Alhamdulillah aku berhasil puasa tanpa merasa mual sedikitpun. Anehnya, begitu hari selasa aku nggak puasa, beberapa jam setelah makan aku mual lagi dan sembuh begitu dikasih makan. Berkat belajar puasa senin kamis selama sebulan ini, aku berhasil menyelesaikan puasa Romadhon sebulan penuh, padahal usia kandunganku masuk 8bulan.
Sebentar lagi lebaran tiba, dan itu berarti aku musti siap2 meninggalkan kota sampit dan mudik ke Temanggung untuk waktu yang cukup lama. Ibuku menyarankan agar aku melahirkan di Jawa aja, agar lebih mudah kalo ada apa-apa, lagian emang semua saudara kami ngumpul di Temanggung.
BERSAMBUNG YA............

09 April 2008

Fatqurohman Zaujah

Nama adalah warisan pertama yang diberikan orang tua kepada anaknya, nama adalah do'a dan dengan nama itu pula kita akan dikenali.
Orang tua memberiku nama Nur Ahadiyah. nggak jarang orang yang menebak, "pasti anak pertama", kalaupun tidak, "Lahirnya hari minggu ya?"
:) Sok tau banget ya.... padahal 2-2nya salah. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan katanya lahir di hari senin. So, kok bisa namanya ahadiyah???
Kisah cerita, di jaman dulu kala, di akhir abad 13 hijriyah, ada gosip bahwa kiamat akan segera datang, ternyata, sampai tahun 1401 H, kiamat belum datang, dan di tahun itulah aku lahir, makanya aku diberi nama Nur Ahadiyah. Cahaya di awal abad 14 H.
UmmuFaris, karena nama anakku Faris, sekarang aku sering dipanggil ummu faris atau bu Fatqur, karena nama suamiku Fatqurohman.
Aku lahir di sebuah kota kecil nan dingin, di antara dua gunung, Sindoro dan Sumbing, dan banyak sekali gunung2 kecil yang laen. Sampai2 ada temenku dari Tangerang pas maen kerumahku komentar gini "disini sepanjang mata memandang kok gunung semua ya". Temanggung namanya, sebuah kabupaten di jawa tengah, di antara wonosobo dan magelang.
Dari TK sampai SMU kuhabiskan di Temanggung, cuma sekali-kali aja keluar kota, kalau ada study tour, piknik, kumpulan keluarga, silaturohmi, dsb. Karena bapak ibuku dua-duanya berasal dari Temanggung, jadi gak pernah ngrasain repotnya mudik lebaran.
Sejak mulai kuliah aku tinggal di Semarang, selama 6 tahun. 15 bulan di rumah, seorang pangeran menikahiku, dan memboyongku ke sampit, Kalimantan Tengah. Sebuah Kota yang rata2 bikin bergidik bulu roma yang mendengarnya. Ya, Sampit yang dulu pernah ada kerusuhan dan pembantaian besar-besaran antara orang Dayak dan Madura itu lho... Di kota inilah sekarang aku tinggal bersama suami dan anakku tersayang.